BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Absisi adalah suatu proses yang
terjadi secara alami yaitu pemisahan bagian atau organ tanaman, seperti daun,
bunga, buah atau batang. Menurut Addicot (1964) maka dalam proses absisi ini
factor alami seperti panas, dingin, kekeringan akan berpengaruh terhadap
absisi. Proses penurunan kondisi yang menyertai
pertambahan umur yang mengarah kepada kematian organ atau organisme disebut
penuaan (senensensi). Gugurnya daun dipacu juga oleh faktor lingkungan,
termasuk panjang hari yang pendek pada musim gugur dan suhu yang rendah.
Rangsangan dari factor lingkungan ini menyebabkan perubahan keseimbangan antara
etilen dan auksin. Auksin mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses
metabolism daun, tetapi dengan bertambahnya umur daun, jumlah etilen yang
dihasilkan juga akan meningkat. Sementara itu, sel-sel yang mulai
menghasilkan etilen akan mendorong
pembentukan lapisan absisi. Selanjutnya etilen merangsang lapisan absisi
terpisah dengan memacu sintesis enzim yang merusak dinding-dinding sel pada
lapisan absisi.
Berdasarkan paparan uraian di
atas, maka penulis melakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh hormon AIA
terhadan absisis daun.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah pengaruh hormon AIA
terhadap proses absisi daun?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka tujuan dari makalah ini adalah:
Mengetahui pengaruh hormon AIA
terhadap proses absisi daun.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
Absisi adalah suatu proses secara alami terjadinya pemisahan
bagian atauorgan tanaman, seperti: daun,
bunga, buah atau batang. Menurut Addicot (1964)maka dalam proses absisi
ini faktor alami seperti: panas, dingin, kekeringan akanberpengaruh terhadap
absisi. Dalam hubungannya dengan hormon tumbuh, manamungkin hormon ini akan mendukung
atau menghambat proses tersebut.
Peranan Hormon dalam Absisi Daun
Mengenai hubungan antara absisi dengan
zat tumbuh auksin, Addicot Etall (1955) mengemukakan bahwa absisi akan terjadi
apabila jumlah auksin yang ada di daerah proksimal sama atau lebih dari jumlah
auksin yang terdapat didaerah
distal. Tetapi apabila junlah auksin berada di daerah distal lebih besar
daridaerah proksimal maka tidak akan terjadi absisi. Dengan kata lain proses
absisi iniakan terlambat. Teori lain (Biggs
dan Leopld 1957, 1958) menerangkan bahwa pengaruh auksin terhadap absisi
ditentukan oleh konsentrasi auksin itu sendiri.Konsentrasi auksin yang tinggi
akan menghambat terjadinya absisi, sedangkanauksin dengan konsentrasi rendah
akan mempercepat terjadinya absisi. Teoriterakhir ditentukan oleh
Robinstein dan Leopold (1964) yang menerangkan bahwarespon absisi pada daun terhadap auksin dapat dibagi ke dalam dua fase
jika perlakuan auksin diberikan
setelah auksin terlepas. Fase pertama, auksin akan menghambat absisi dan fase
kedua auksin dengan konsentrasi yang sama akan mendukung terjadinya
absisi
Peranan etilen dalam memacu gugurnya daun lebih banyak
diketahui daripada
peranannya dalam hal perubahan warna daun yang
rontok dan pengeringan daun.
Pada saat daun rontok, bagian pangkal tangkai daunnya terlepas dari batang. Daerah yang terpisah
ini disebut lapisan absisi yang merupakan areal sempit yang tersusun dari sel-sel
parenkima berukuran kecildengan
dinding sel yang tipis dan lemah. Setelah daun rontok, daerah absis imembentuk
parut/luka pada batang. Sel-sel yang mati menutupi parut untuk membantu melindungi tumbuhan terhadap patogen.
Dari gambaran teori di atas maka untuk dapat mengetahui pengaruh AIA
terhadap proses absisi daun, dilakukan percobaan pada tanaman
Coleus sp.
Gugurnya daun dipacu juga oleh faktor lingkungan, termasuk
panjang hariyang pendek pada musim gugur dan
suhu yang rendah. Rangsangan dari faktor lingkungan ini menyebabkan
perubahan keseimbangan antara etilen dan auksin.Auksin mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses metabolisme
daun,tetapi dengan bertambahnya umur daun jumlah etilen yang dihasilkan juga
akan meningkat. Sementara itu, sel-sel yang mulai
menghasilkan etilen akan mendorong
pembentukan lapisan absisi. Selanjutnya etilen merangsang lapisan absisi
yang terpisah dengan memacu sintesis enzim yang merusak dinding-dinding sel pada
lapisan absisi. Peranan etilen dalam memacu
gugurnya daun lebih banyak diketahui daripada peranannya dalam
hal perubahan warna daun yang rontok dan pengeringan
daun. Pada saat daun rontok, bagian pangkal tangkai daunnya terlepas
dari batang. Daerah yang terpisah ini disebut lapisan absisi
yang merupakan areal sempit yang
tersusun dari sel-sel parenkima berukuran keci dengan dinding sel
yang tipis dan lemah.Proses pencernaan dinding, yang disertai
dengan tekanan akibat pertumbuhan yang tidak imbang antara sel proksimal
yang membesar dan sel distal yang menua di zona absisi,
mengakibatkan pematahan. Selama konsentrasi auksin yang lebih tinggi
dipertahankan di helai daun, pengguguran dapat ditundanamun penuaan menyebabkan
penurunan tingkat auksin pada organ tersebut dankonsentrasi etilen mulai
meningkat. Etilen, zat pemacu pengguguran yang terkuat dan tersebar luas
diberbagai organ tumbuhan dan pada banyak spesies tumbuhan menyebabkan pembesaran sel dan menginduksi
sintesis serta sekresi hidrolase pengurai dinding sel. Ini akibat efeknya pada
transkripsi, sebab jumlah molekul mRNA yang menjadikan hidrolase (paling tidak
selulase) meningkatkan sekali setelah diberi perlakuan etilen.
Gugur daun pada musim gugur merupakan
adaptasi tumbuhan untuk mencegah kehilangan air melalui penguapan pada musim
salju karena pada saat itu akar tidak mampu menyerap air pada tanah yang
membeku. Bagi tumbuhan, gugurnya daun ini berguna untuk membuang organ yang tidak
berguna yang mungkin
sebagai sumber infeksi yang potensial dan pada beberapa spesies
untuk memberi tempat bagi daun baru yang akan tumbuh pada musim berikutnya,
(Vidy, 2009).
BAB
III
METODOLOGI
A.
Jenis
Penelitian
Jenis
percobaan yang yang dilakukan adalah percobaan eksperimental, karena percobaan
yang dilakukan menggunakan variable-variabel (manipulasi, kontrol, respon) dan
percobaan ini dilakuan di Laboratorium C10 Fisio Jurusan Biologi FMIPA, Unesa.
B.
Variabel-Variabel
·
Variabel Manipulasi : Perlakuan
yang diberikan
-
diolesi
lanolin
-
diolesi
1 ppm AIA dalam lanolin
·
Variabel
Kontrol : Jenis tumbuhan (Coleus sp.), media tanam, dan waktu pemotongan
·
Variabel
Respon : Gugurnya daun.
C.
Alat
dan Bahan
Alat: Bahan:
-Pot -2 tanaman Coleus sp. yang
memiliki kondisi yang sama
-Pisau -Lanolin
-Kertas label - AIA 1 ppm dalam lanolin (4 ml
AIA 1 ppm dicampur dengan 100 gr lanolin)
D.
Langkah
Kerja
1.
Menyiapkan
bahan dan alat yang diperlukan.
2.
Mengambil
dua pot tanaman Coleus sp. kemudian
melakukan kegiatan sebagai berikut:
-
Pot
1 : memotong satu pasang lamina yang terletak paling bawah
- Pot 2 : memotong satu pasang lamina yang terletak tepat di
atas lamina yang paling bawah
3.
Mengolesi
bekas potongan tersebut, yang satu dengan lanolin, sedang yang lain dengan 1
ppm AIA dalam lanolin.
4.
Memberi
tanda agar tidak tertukar.
5.
Mengamati
setiap hari dan mencatat waktu gugurnya tangkai-tangkai daun tersebut.
6.
Kerangka
Berfikir
|
|||||||||
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel 1. Pengaruh AIA terhadap
Proses Absisis Daun Coleus sp.
Letak Daun
|
Pengulangan ke-
|
Lanolin
|
Lanolin + IAA
|
||||||||
Gugur pada pengamatan
ke-
|
Gugur pada pengamatan
ke-
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
Paling Bawah
|
1
|
-
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
-
|
-
|
-
|
|
Ke-2 dari bawah
|
1
|
-
|
-
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
-
|
-
|
Diagram
B.
Analisis
Berdasarkan
hasil dan histogram diatas, maka penelitian absisi daun iler dapat dianalisis
bahwa tangkai daun iler nodus terakhir yang telah diolesi dengan lanolin akan
lebih cepat gugur daunya atau absisi pada hari ke-1 dan ke-2, sedangkan pada
nodus 2 terakhir yang diolesi oleh lanolin dan hormone IAA akan terjadi absisi
atau pengguguran daun pada hari ke-1 dan ke-2.
Pada nodus terakhir, tangkai daun iler
yang telah diolesi oleh lanolin akan gugur atau terjadi absisi pada hari ke-3
dan ke-4, sedangkan tangkai daun iler yang diolesi lanolin dan hormone IAA akan
gugur pada hari ke-4 dan ke-4 juga. Tapi berdasarkan perhitungan waktu, tangkai
daun yang diolesi dengan lanolin akan lebih cepat gugur daripada tangkai daun
yang diolesi dengan lanolin dan hormone IAA.
C.
Pembahasan
Berdasarkan
analisis data diatas, maka dari penelitian absisi daun iler (Coleus sp) terdapat perbedaan waktu
terjadinya pengguguran tangkai daun iler atau peristiwa absisi. Pada tangkai
daun yang diolesi dengan lanolin akan lebih cepat gugur daripada tangkai daun
iler yang diolesi lanolin dan hormone IAA. Letak tangkai daun juga mempengaruhi
proses absisi (penguguran) daun ini, hal ini dibuktikan dengan letak tangkai
daun pada nodus terakhir jauh lebih cepat gugur daripada letak tangkai daun
iler pada nodus diatas terakhir.
Pada
tanaman jika akan mengalami gugur daun, baik daun, bunga atau buah, didahului
oleh adanya pembentukan lapisan absisi. Lapisan ini terbentuk melintasi tangkai
di dekat pertautannya dengan batang. Lapisan ini terdiri dari 1 lapisan atau
sel parenkim berdinding tipis yang berasal dari pembelahan antiklinal melintasi
tangkai.
Daun semdiri akan mengalami gugur daun. Untuk tanaman iler daun
yang tua berada dibawah. Ini berarti daun yang berada dibawah akan lebih dahulu
gugur dari pada daun yang terletak diatas. Pada percobaan ini tangkai daun yang
terletak diatas dan dibawah gugur pada waktu yang bersamaan. Ini dikarenakan
tangkai daun telah diolesi lanolin, sehingga merangsang tangkai untuk gugur.
4 komentar:
maksihh bangedd,,
sngatt terrbantuu,,:)
itu sangat berguna bagi saya
thanks
itu sangat berguna
thanks
sama sama :)
Posting Komentar