BONJOUR

Hahay....
LET'S READ YOUR MIND :3

Cari Saja Disini

Kamis, 09 Juni 2011

Keanekaragaman Mollusca di Pantai

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat banyak baik dari segi flora maupun faunanya yang dapat dikembangkan menjadi suatu penelitian yang bermanfaaat secara edukatif maupun dari segi ekonomisnya. Salah satu contoh fauna yang memiliki keanekaragaman tinggi adalah Mollusca, filum ini beranggotakan lebih dari 75.000 spesies dan dapat ditemukan di dalam palung lautan maupun daerah pegunungan, bahkan dikebun belakang rumah. Kerang mempunyai bentuk dan ukuran cangkang yang bervariasi. Variasi bentuk cangkang ini sangat penting dalam menentukan jenis-jenis Bivalve. Kerang masuk kedalam kelas Pelecypoda., Lamellibranchiata dan Bivalvia dalam kelompok moluska berdasarkan karakteristik yang dimiliki seperti kaki, insang dan dua cangkang. merupakan hewan yang sukses hidup di lingkungan akuatik (http//bivalvia.). Kerang hidup pada semua tipe perairan yaitu air tawar, estuari dan perairan laut. Kerang laut terdistribusi dari daerah intertidal, perairan laut dangkal dan ada yang mendiami perairan laut dalam. Faktor biologi yang mempengaruhi kehidupan kerang laut adalah fitoplankton, zooplankton, zat organik tersuspensi dan makluk hidup dilingkungannya (Debenay, 1994). Kerang laut mendapatkan makanan dengan feeding filter menggunakan siphon untuk mendapatkan makanan. Secara ekologi, filtrasi yang dilakukan oleh kerang laut digunakan untuk menghindari kompetisi makanan sesama spesies (Bachok, 2006). Kekayaan spesies kerang semakin berkurang karena pemanenan yang berlebihan dan meningkatnya populasi manusia serta perkembangan turis disepanjang pantai akan mempengaruhi kerang asal native bivalve (Barnes, 1997). Kajian keanekaragaman kerang intertidal sangat jarang dilakukan di kawasan laut tropika. Hal ini disebabkan kurangnya infrastruktur (Hendrickx, 2007) dan informasi terhadap hewan Moluska Kerang Pantai Delegan yang berada di pesisir utara Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Keanekaragaman Mollusca di Pantai Delegan Kabupaten Gresik. I.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini penulis akan menuliskan perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah keanekaragaman Mollusca di Pantai Delegan Kabupaten Gresik? 2. Apasajakah jenis Mollusca yang ditemukan di Pantai Delegan Kabupaten Gresik? 3. Apasajakah manfaat Mollusca yang ditemukan di Pantai Delegan Kabupaten Gresik? I.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari pembuatan karya ilmiah ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah: 1. Mengetahui keanekaragaman Mollusca di Pantai Delegan Kabupaten Gresik. 2. Mengetahui jenis-jenis Mollusca yang ditemukan di Pantai Delegan Kabupaten Gresik. 3. Mengetahui manfaat Mollusca yang ditemukan di Pantai Delegan Kabupaten Gresik. I.4 Batasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup pada penelitian ini maka penulis membatasi masalah tersebut pada: 1. Karena luasnya daerah pantai yang mencakup Pantai Delegan Kabupaten Gresik, maka penulis akan melakukan penelitian hanya pada daerah Pantai Delegan yang menjadi objek wisata saja. 2. Mollusca dapat hidup dari daratan hingga lautan dalam, maka penilitian dilakukan terfokus pada zona litoral, yaitu daerah pasang surut air laut di Pantai Delegan. 3. Pemanfaatan Mollusca dibatasi hanya pada yang bernilai ekonomis saja. I.5 Manfaat Penelitian Penelitian yang penulis lakukan ini semoga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, para pembaca, maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan. 1. Manfaat Akademis Penelitian ini erat hubungannya dengan materi Filum Mollusca pada mata kuliah Taksonomi Avertebrata, sehingga dengan melakukan penelitian ini penulis mengharapkan semua pihak yang berkepentingan, termasuk penulis sendiri, dapat lebih memahami materi ini. 2. Manfaat Praktik Penelitian ini memfokuskan pada Filum Mollusca yang ditemukan di zona litoral Pantai Delegan Kabupaten Gresik, sehingga dapat dijadikan salah satu acuan dalam pengklasifikasian Mollusca di daerah tersebut. Karena salah satu tujuan dalam penellitian ini juga mencakup pemanfaatan, penulis berharap penelitian ini dapat menggali potensi Mollusca secara ekonomis, sehingga dicapai hasil yang maksimal bagi penulis dan lingkungan sekitar pantai. BAB II KAJIAN PUSTAKA Mollusca (filum Mollusca, dari bahasa Latin: molluscus = lunak) merupakan hewan triploblastik selomata yang bertubuh lunak dengan maupun tanpa cangkang, seperti berbagai jenis siput, kiton, kerang-kerangan, serta cumi-cumi dan kerabatnya. Moluska merupakan filum terbesar kedua dalam kerajaan binatang setelah filum Arthropoda. Saat ini diperkirakan ada 75 ribu jenis, ditambah 35 ribu jenis dalam bentuk fosil. Moluska hidup di laut, air tawar, payau, dan darat. Moluska dipelajari dalam cabang zoologi yang disebut malakologi (malacology). Ciri tubuh Tubuh tidak bersegmen. Simetri bilateral. Tubuhnya terdiri dari "kaki" muskular, dengan kepala yang berkembang beragam menurut kelasnya. Kaki dipakai dalam beradaptasi untuk bertahan di substrat, menggali dan membor substrat, atau melakukan pergerakan. Ukuran dan bentuk tubuh Ukuran dan bentuk tubuh moluska sangat bervariasi. Misalnya, siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun, ada juga cumi-cumi raksasa dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya 17-18m. Strukur dan fungsi tubuh Tubuh hewan ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kaki, badan, dan mantel. Kaki merupakan penjulur bagian ventral tubuhnya yang berotot, berfungsi untuk bergerak merayap atau menggali. Pada beberapa molluska kakinya ada yang termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Sedangkan massa viseral adalah bagian tubuh mollusca yang lunak dan merupakan kumpulan sebagaian besar organ tubuh seperti pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Mantel membentuk rongga mantel yang berisi cairan yang dapat mengekskresikan bahan penyusun cangkang pada Mollusca bercangkang. Pada rongga mantel ini terdapat lubang insang, lubang ekskresi, dan anus. Sistem pencernaan mollusca lengkap terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Pada Mollusca tertentu ada yang memiliki rahang dan lidah bergigi yang melengkung kebelakang yang disebut radula, berfungsi untuk melumat makanan. Mollusca yang hidup di air bernapas dengan insang, sedangkan yang hidup di darat tidak memiliki insang. Oleh karena itu pertukaran udara mollusca dilakukan di rongga mantel berpembuluh darah yang berfungsi sebagai paru-paru. Organ ekskresinya berupa seoasang nefridia yang berperan sebagai ginjal. Sistem Saraf Sistem saraf moluska terdiri dari cincin saraf yang mengelilingi esofagus dengan serabut saraf yang menyebar. Cara Hidup dan Habitat Moluska merupakan organisme heterotrof dengan memakan ganggang, ikan, udang atau sisa-sisa organisme, habitatnya di darat, di laut maupun hidup sebagai parasit. Reproduksi Moluska memiliki reproduksi secara seksual dan organ-organ reproduksinya terpisah pada individu lain, kecuali beberapa species yang merupakan hemaprodit. Pembuahan terjadi secara eksternal dan internal untuk menghasilkan zigot yang kemudian berkembang menjadi larva serta pada akhirnya menjadi individu dewasa. Klasifikasi Moluska dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat ini dibagi menjadi tujuh kelas, yang masing-masinng akan dipaparkan pada uraian di bawah ini. 1. Kelas Aplacophora Aplacophora adalah kelompok kecil Mollusca yang hidup di air dalam yang ditemukan di semua samudra dunia. Kelompok ini terdiri dari dua subkelas, yaitu Solenogastres dan Caudofoveata, di antara mereka mengandung 28 keluarga dan sekitar 320 spesies . Namun, hubungan kelompok ini dengan anggota kelas lain pada Mollusca jelas, dilihat dari sistem pencernaannnya yang memiliki radula. Aplacophora adalah hewan menggali seperti cacing, dengan sedikit kemiripan dengan kebanyakan moluska lainnya. Mereka tidak memiliki kerangka, meskipun kalsifikasi kecil spikula yang tertanam di kulit. Kebanyakan anggota kelas ini tidak memiliki kaki, meskipun beberapa spesies memiliki beberapa tonjolan kecil pada bagian bawah yang mungkin merupakan sisa kaki. Rongga mantel direduksi menjadi sederhana, kloaka yang merupakan anus dan organ ekskretoris kosong, terletak di ujung tubuh. Bagian dasar tubuhnya adalah kepala dan tidak memiliki mata atau tentakel. Beberapa spesies merupakan hermaprodit, namun sebagian besar memiliki dua jenis kelamin, dan berkembang biak dengan pembuahan eksternal. Selama masa pertumbuhan, rongga mantel larva meringkuk dan menutup, menciptakan seperti bentuk cacing dewasa. 2. Kelas Monoplacophora Hanya terdiri dari beberapa species, bentuknya mirip limpet (kerang topi) dengan lubang pengeluaran air pada apex atau puncaknya. Hidup di laut dalam dan jarang. 3. Kelas Polyplacophora Dikenal dengan istilah "chiton" - cangkangnya tersusun seperti genting ( beberapa di antaranya memiliki ornamen duri-duri ), terdiri dari beberapa species dan sebagian besar hidup di laut dalam. 4. Kelas Scapophoda Scapophoda memiliki kaki yang berada di daerah mulut, bercangkang seperti kerucut dan tanduk dengan kedua ujung cangkang berlubang, serta memiliki mantel. Contoh anggota kelas ini adalah Dentalium vulgare. 5. Kelas Gastropoda Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster = perut, podos = kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatia fulica). Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri memiliki sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek, pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel. a. Subkelas Prosobranchia - bernapas menggunakan insang, bercangkang tunggal, sebagian besar anggotanya merupakan siput-siput yang hidup di air laut, termasuk daerah pasang surut dan muara sungai. Bentuk cangkangnya sangat beraneka ragam, mulai dari yang sangat sederhana, berbentuk topi ( dari keluarga Patellidae - biasa disebut "limpet" atau "kerang topi"; merupakan salah satu makanan khas Hawaii yang disajikan mentah, disebut "opihi"), berbentuk tabung yang melingkar tak beraturan ( misalnya Siliquaria anguina atau worm tube ), namun mayoritas berbentuk spiral atau bergelung, baik dekstral ( mengikuti arah jarum jam ) maupun sinistral (berlawanan arah jarum jam). b. Subkelas Opistobranchia - bernapas menggunakan insang yang terletak di bagian belakang, ada yang bercangkang, namun ada juga yang tak bercangkang, biasa disebut nudibranch atau "kelinci laut", ada juga yang dijuluki "Spanish Dancer" karena berwarna merah dan bisa berenang di laut bagaikan gaun penari rakyat Spanyol atau pun Amerika Latin. c. Subkelas Pulmonata - hidup di darat, bernapas dengan paru-paru, dan sebagian besar anggotanya adalah hermafrodit ( berkelamin ganda ). Contoh jenis yang bercangkang adalah bekicot/ Giant African Snail (Achatina fullica / A.variegata), escargot (Helix pomatia...Yum!), sementara yang tak bercangkang adalah keong bugil/siput telanjang. 6. Kelas Pelecypoda Pelecypoda diidentefikasikan sebagai kerang (Anadara sp.), tiram mutiara (Pinctada margaritifera dan Pinctada mertinsis), kerang raksasa (Tridacna sp.), dan kerang hijau (Mytilus viridis). Pelecypoda memiliki ciri khas, yaitu kaki berbentuk pipih seperti kapak. Pelecypoda memiliki ciri khas, yaitu kaki dapat dijulurkan dan digunakan untuk melekat atau menggali pasir dan lumpur. Pelecypoda ada yang hidup menetap dan membenamkan diri di dasar perairan atau pun melekat pada bebatuan, cangkang hewan lain, atau perahu karena mensekresikan zat perekat. Pelecypoda memiliki dua buah cangkang pipih yang setangkup sehingga disebut juga Bivalvia. Kedua cangkang pada bagian tengah dorsal dihubungkan oleh jaringan ikat (ligamen) yang berfungsi seperti engsel untuk membuka dan menutup cangkang dengan cara mengencangkan dan mengendurkan otot, cangkang tersusun dari lapisan periostrakum, prismatik, dan nakreas. Pada tiram mutiara, jika di antara mantel dan cangkangnya masuk benda asing seperti pasir, lama-kelamaan akan terbentuk mutiara. Mutiara terbentuk karena benda asing tersebut terbungkus oleh hasil sekresi palisan cangkang nakreas. Pelecypoda tidak memiliki kepala, mulutnya terdapat pada rongga mantel, dilengkapi dengan labial palpus. Pelecypoda tidak memiliki rahang atau radula, makanannya berupa hewan kecil seperti protozoa, diatom, dan sejenis lainnya. Insang Pelecypoda berbentuk lembaran sehingga hewan ini disebut juga Lamellibranchiata (dalam bahasa latin, lamella = lembaran, branchia = insang). Lembaran insang dalam rongga mantel menyaring makanan dari air yang masuk kedalam rongga mantel melalui sifon (corong). Sistem saraf Pelecypoda terdiri dari tiga pasang ganglion yang saling berhubungan.Tiga ganglion tersebut adalah ganglion anterior, ganglion pedal, dan ganglion posterior. Reproduksi Pelecypoda terjadi secara seksual.Organ seksual terpisah pada masing-masing individu. Fertilisasi terjadi secara internal maupun eksternal. Pembuahan menghasilkan zigot yang kemudian akan menjadi larva. Secara khusus, kelas ini dapat dipilah-pilah lagi, seperti yang diuraikan di bawah ini: a. Tiram atau Oyster - sebagian besar anggotanya memiliki cangkang yang tak beraturan bentuknya karena mengikuti bentuk tempat ia bertumbuh ( umumnya batu ). Contohnya adalah tiram mutiara (Pinctada margarittifera / P.maxima). Ada juga yang memiliki cangkang sangat tipis dan bening ( dalam bahasa Inggris disebut "Capiz", biasa digunakan sebagai chandelier yang bisa bersuara merdu jika tertiup angin ( salah satunya dari species Placuna placenta). b. Mussel - jenis-jenis kerang yang memiliki serabut perekat untuk bertaut pada bebatuan - mereka juga hidup & tumbuh berkelompok. Contohnya adalah kerang hijau atau green mussel (Perna viridis). c. Kerang simping atau scallop - biasanya memiliki cangkang melebar dan datar (flat)- mereka bisa "berenang" dengan membuka dan mengatupkan cangkangnya. Contohnya adalah Noble Scallop (Pecten nobilis). Cangkang simping umumnya cukup indah untuk digunakan sebagaiornamenataubarangkerajinan. d. Kima atau clam - ada yang bertubuh kecil, maupun sangat besar. Di beberapa tempat, kima terancam kepunahan karena cangkangnya dieksploitasi secara besar-besaran sebagai bahan baku ubin teraso ( di Indonesia ), atau untuk diambil otot aductor-nya sebagai bahan baku aphrodisiac. Beberapa di antaranya juga hidup di air tawar, seperti remis (Corbicula javanica); bahkan di sungai daerah Pangalengan yang airnya dingin pun juga terdapat kerang air tawar berukuran kecil ( mohon dibantu jika ada yang tahu nama speciesnya ). Dalam bahasa Indonesia beberapa species yang digolongkan sebagai "clam" dalam bahasa Inggris, cukup dipanggil sebagai "kerang" ( sebab dalam bahasa Indonesia, istilah "kima" mengacu pada kerang-kerang berukuran sangat besar ). e. Cockle - umumnya memiliki cangkang bergerigi dan bertubuh tidak terlalu besar; contohnya: kerang darah (Anadara granosa) yang biasa disajikan di restoran seafood. 7. Kelas Cephalopoda Cephalopoda (dalam bahasa latin, chepalo = kepala, podos = kaki) merupakan Mollusca yang memiliki kaki di kepala. Anggota Cephalopoda misalnya sotong (Sepia officinalis), cumi-cumi (Loligo sp.), dan gurita (Octopus sp.). Anggota kelas ini hidup berenang di laut, memiliki 8 kaki atau tentakel berpenghisap di kepalanya, terdiri dari lebih dari 1000 species di seluruh dunia. Sebagian anggotanya merupakan hewan lunak atau mollusca yang memiliki intelegensi tertinggi serta ukuran tubuh terbesar. Seekor cumi-cumi raksasa konon dapat mencapai panjang tubuh sekitar 17 m. Hidup Cephalopoda seluruhnya di laut dengan merayap atau berenang di dasar laut, makanannya berupa kepiting atau invertebrata lainnya. Sebagai hewan pemangsa, hampir semua Cephalopoda bergerak cepat dengan berenang, dan kebanyakan memiliki organ pertahanan berupa kantong tinta yang berisikan cairan seperti tinta berwarna coklat atau hitam yang terletak di ventral tubuhnya. Tinta ini akan di keluarkan jika hewan ini merasa terancam dengan cara menyemburkannya. Cephalopoda memiliki kaki berupa tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsanya. Cephalopoda memiliki sistem saraf yang berpusat di kepalanya menyerupai otak.Untuk reproduksi hewan ini berlangsung secara seksual. Cephalopoda memiliki organ reproduksi berumah dua (dioseus). Pembuahan berlangsung secra internal dan menghasilkan telur. Berikut beberapa anggota kelas Cephalopoda: a. Cumi-cumi atau squid - berasal dari genus Loligo sp. ( keluarga Loliginidae) b. Sotong atau cuttlefish - berasal dari genus Sepia sp. - tubuhnya cenderung lebih besar atau "gemuk" dibandingkan cumi-cumi. Beberapa speciesnya memiliki "cangkang" berupa lempengan kapur berbentuk papan selancar di punggungnya. c. Gurita atau octopus - berasal dari keluarga Octopodidae. Dagingnya cukup sedap dimakan sebagai masakan atau dimakan mentah - namun hati-hati, ada juga yang berbahaya, salah satunya adalah Blue Ring Octopus. d. Nautilus - mereka bercangkang, berasal dari keluarga Nautilidae (Chambered Nautilus) dan Agronautidae (Paper Nautilus). Peranan Moluska Menguntungkan • Sumber makanan berprotein tinggi, misalnya tiram batu (Aemaea sp.), kerang (Anadara sp.), kerang hijau (Mytilus viridis), Tridacna sp., sotong (Sepia sp.) cumi-cumi (Loligo sp.), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatina fulica). • Perhiasan, misalnya tiram mutiara (Pinctada margaritifera). • Hiasan dan kancing, misalnya dari cangkang tiram batu, Nautilus, dan tiram mutiara. • Bahan baku teraso, misalnya cangkang Tridacna sp. Merugikan Bekicot dan keong sawah yang merupakan hama dari tanaman. Siput air adalah perantara cacing Fasciola hepatica.

Tidak ada komentar: