Sebutan bagi anggrek yang memiliki nama latin Dendrobium sutiknoi P.O’bryne. Anggrek ini dideskripsikan dan dipublikasikan untuk pertama kali pada Mei 2005 di Jurnal fur den Orchideenfreund. Nama sutikno ini sendiri diambil dari nama seorang hobiis dan pedagang anggrek di Tretes, Prigen, Pasuruan, Jawa Timur yang kemudian dideskripsikan untuk pertama kali oleh Mr. Peter O’bryne di Singapura. Sejarahnya, ternyata anggrek ini ditemukan secara tidak sengaja oleh beliau di antara batang-batang D. lasianthera, namun tiba saat berbunga tampaklah perbedaan tersebut. Oleh karena karakter bunganya yang unik maka beliau yakin bahwa anggrek ini berpotensi menjadi species baru.
Species ini berasal dari Papua dan Kepulauan Morotai (Indonesia).
Sejauh ini telah ditemukan dua varian warna, yaitu oranye tembaga dan
hijau kekuningan. Sosok tanamannya mirip dengan anggrek-anggrek section
Spatulata lainnya. Batangnya cukup tinggi mencapai 1-1,5 meter. Bentuk
daunnya elips agak bulat telur, semakin kearah ujung atas ukuran
daunnya semakin mengecil. Karakter unik dari anggrek ini adalah petal
nya yang sangat panjang (mirip petal D.stratiotes) serta bentuk ujung labellumnya yang sempit dan melengkung dan hampir menyerupai labellum Dendrobium tobaense.
Kelebihan anggrek section Spatulata ini adalah sifat dominan nya yang
sangat kuat pada hybrid-hybrid keturunannya. Tidak seperti pada D.tobaense yang bentuk labellumnya bersifat resesif sehingga akan mudah terdegradasi oleh hybridisasi.

Meskipun demikian, anggrek ini merupakan harta genetis yang tak
ternilai. Sehingga langkah-langkah serius untuk menjaga kelestarian
genetisnya perlu segera dilakukan.
lup orchiid!! =D